Halaman

Jumat, 20 Mei 2011

15. Pendidikan Rosululloh thd Anak

KASIH SAYANG RASULULLAH TERHADAP ANAK-ANAK



Banyak hal yang bisa dilakukan orang tua untuk mengungkapkan kasih sayangnya kepada sang anak. Islam sebagai agama yang sempurna melalui kisah Rasul-Nya banyak memberikan teladan dalam hal ini.
Allah telah menjadikan kasih sayang di dalam qalbu ayah dan bunda, sehingga senantiasa menghiasi segala apa yang ada antara ayah bunda dengan buah cinta mereka. Gambaran apa pun yang ada di antara ayah-ibu dengan anak mereka, tak lain melambangkan kasih sayang mereka. Sekeras apa pun tabiat sang ayah atau bunda, di sana tersimpan kecintaan yang besar terhadap putra-putrinya.
Besarnya kasih sayang ini terlukis dari ungkapan lisan Rasulullah ketika melihat seorang ibu di antara para tawanan.

Kisah ini disampaikan oleh ‘Umar bin Al-Khaththab.
“Datang para tawanan di hadapan Rasulullah. Ternyata di antara para tawanan ada seorang wanita yang buah dadanya penuh dengan air susu. Setiap dia dapati anak kecil di antara tawanan, diambilnya, didekap di perutnya dan disusuinya. Maka Rasulullah bertanya, “Apakah kalian menganggap wanita ini akan melemparkan anaknya ke dalam api?” Kami pun menjawab, “Tidak. Bahkan dia tak akan kuasa untuk melemparkan anaknya ke dalam api.” Rasulullah bersabda, “Sungguh Allah lebih penyayang daripada wanita ini terhadap anaknya.” (HR. Bukhari).
Banyak hal yang bisa menjadi ungkapan kasih sayang, hingga didapati banyak contoh dari Rasulullah, bagaimana beliau mengungkapkan kasih sayang kepada anak-anak.
Satu contoh yang beliau berikan adalah mencium anak-anak. Bahkan beliau mencela orang yang tidak pernah mencium anak-anaknya.
Kisah-kisah tentang ini bukan hanya satu dua. Di antaranya dituturkan oleh shahabat yang mulia, Abu Hurairah.
“Rasulullah pernah mencium Al-Hasan bin Ali, sementara Al-Aqra’ bin Habis At-Tamimi sedang duduk di sisi beliau. Maka Al-Aqra’ berkata, ‘Aku memiliki 10 anak, namun tidak ada satu pun dari mereka yang kucium.’ Kemudian Rasulullah memandangnya, lalu bersabda, ‘Siapa yang tidak menyayangi, maka dia tidak akan disayangi.’ (HR. Bukhari Muslim).
Para ulama menjelaskan bahwa ucapan Rasulullah ini umum, mencakup kasih sayang terhadap anak-anak maupun selain mereka.
Begitu pula yang diceritakan oleh istri beliau, Aisyah binti Abu Bakar.
“Seorang Arab gunung datang kepada Rasulullah, kemudian mengatakan, ‘Kalian biasa mencium anak-anak, sedangkan kami tidak biasa mencium mereka.’ Maka Rasulullah mengatakan, ‘Sungguh aku tidak memiliki kuasa apa pun atasmu jika Allah mencabut rasa kasih sayang dari qalbumu.” (HR. Bukhari Muslim).
Itulah penekanan beliau, sementara gambaran kasih sayang kepada anak yang lebih jelas dan lebih indah dari itu semua didapati dalam diri Rasulullah ketika beliau menyambut putrinya, Fathimah bintu Muhammad. Peristiwa ini dilukiskan oleh Ummul Mukminin Aisyah binti Abu Bakar.
“Aku tidak pernah melihat seseorang yang lebih mirip dengan Rasulullah dalam bicara maupun duduk daripada Fathimah.” Aisyah berkata lagi, “Biasanya Rasulullah bila melihat Fathimah datang, beliau mengucapkan selamat datang padanya, lalu berdiri menyambutnya dan menciumnya, kemudian beliau menggandeng tangannya dan membimbingnya hingga beliau dudukkan Fathimah di tempat duduk beliau. Demikian pula jika Rasulullah datang kepada Fathimah, maka Fathimah mengucapkan selamat datang pada beliau, kemudian berdiri menyambutnya, menggandeng tangannya, lalu mencium beliau. Suatu saat, Fathimah mendatangi Rasulullah ketika beliau menderita sakit menjelang wafat. Beliau pun mengucapkan selamat datang dan menciumnya, lalu berbisik-bisik kepadanya hingga Fathimah menangis. Kemudian beliau berbisik lagi padanya hingga Fathimah tertawa. Maka aku berkata pada para istri beliau, ‘Aku berpandangan bahwa wanita ini memiliki keutamaan dibandingkan seluruh wanita, dan memang dia dari kalangan wanita. Dia tengah menangis, kemudian tiba-tiba tertawa.’ Lalu aku bertanya kepadanya, ‘Apa yang beliau katakan padamu saat itu?’ Fathimah menjawab, ‘Kalau aku mengatakannya, berarti aku menyebarkan rahasia.’ Ketika Rasulullah telah wafat, Fathimah berkata, ‘Waktu itu beliau membisikkan padaku: Sesungguhnya aku hendak meninggal. Maka aku pun menangis. Kemudian beliau membisikkan lagi: Sesungguhnya engkau adalah orang pertama yang menyusulku di antara keluargaku. Maka hal itu menggembirakanku’.” (HR. Bukhari).
Anas bin Malik, seorang shahabat yang senantiasa menyertai Rasulullah dalam melayaninya pun turut mengungkapkan bagaimana rasa sayang Rasulullah kepada putranya yang lahir dari rahim Mariyah Al-Qibthiyyah.
“Aku tak pernah melihat seseorang yang lebih besar kasih sayangnya kepada keluarganya dibandingkan Rasulullah.” Anas berkata lagi, “Waktu itu, Ibrahim sedang dalam penyusuan di suatu daerah dekat Madinah. Maka beliau berangkat untuk menjenguknya, sementara kami menyertai beliau. Kemudian beliau masuk rumah yang saat itu tengah berasap hitam, karena ayah susuan Ibrahim adalah seorang pandai besi. Kemudian beliau merengkuh Ibrahim dan menciumnya, lalu beliau kembali.” (HR. Muslim).
Beberapa kisah tersebut menunjukkan kemuliaan akhlak Rasulullah, serta kasih sayangnya terhadap keluarga dan orang-orang yang lemah. Juga menjelaskan keutamaan kasih sayang terhadap keluarga dan anak-anak, serta mencium mereka. Di dalamnya juga didapati kebolehan menyusukan anak pada orang lain.
Kalaulah dibuka perjalanan para pendahulu yang shaleh dari kalangan shahabat, hal ini pun ditemukan di kalangan mereka. 

Bahkan dilakukan oleh shahabat yang paling mulia, Abu Bakar Ash-Shiddiq. Ketika Abu Bakar tiba di Madinah bersama Rasulullah dalam hijrah, dia mendapati putrinya, Aisyah sakit panas. Al-Barra’ bin Azib yang menyertai Abu Bakar saat menemui putrinya mengatakan.
“Kemudian aku masuk bersama Abu Bakar menemui keluarganya. Ternyata Aisyah putrinya sedang berbaring, terserang penyakit panas. Maka aku melihat ayah Aisyah mencium pipinya dan berkata, ‘Bagaimana keadaanmu, wahai putriku?’.” (HR. Bukhari).
Inilah kasih sayang Rasulullah, seorang ayah yang paling mulia di antara seluruh manusia. Tak segan-segan beliau mendekap dan mencium putra-putri dan cucu-cucunya. Begitu pun yang beliau ajarkan kepada seluruh manusia. Keberatan apa lagikah yang membebani seseorang yang mengaku mengikuti beliau untuk mengungkapkan kasih sayang di hatinya dengan pelukan dan ciuman kepada anak-anaknya?.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar